Ledakan penduduk di Indonesia yang bisa dibilang tidak terkendali sedikit banyak menimbulkan masalah yang serius terutama menyangkut kebutuhan hunian. Sulitnya mendapat pekerjaan yang layak selalu diikuti oleh tersendatnya masalah keuangan sehingga membuat sebagian orang dengan kemampuan ekonomi pasa-pasan begitu sulit mendapat hunian yang layak. Untunglah pemerintah cukup responsif menanggapi kasus-kasus seperti ini dengan memberikan solusi hunian berupa rumah susun. Jika dilihat dari gambar desain rumah susun sendiri memang jenis hunian ini jauh dari kesan mewah, namun setidaknya model rumah ini adalah satu-satunya pilihan jika seseorang tidak mau menjadi tunawisma.
Masalah keuangan memang selalu dibarengi kurang terpenuhinya kebutuhan sebuah keluarga termasuk rumah yang layak huni. Jadi bukan pendapat yang tepat jika seseorang lebih memilih tinggal di rumah susun disebut anti kemapanan, sebab pilihan tersebut adalah salah satu cara untuk menstabilkan kondisi keuangan. Namun tinggal di rumah susun bukan berarti tidak timbul masalah baru. Meskipun rumah susun sendiri didesain sedemikian rupa dengan memprioritaskan kenyamanan, masih saja ada yang mengeluh saat tinggal di rumah susun. Mengapa?
Sulit Mengakses Fasilitas Umum
Yang sering dikeluhkan mereka yang tinggal di rumah susun bukan masalah harga namun lebih kepada model bangunan dan desain ruangan yang kurang ideal dan tidak bisa mengakomodasi kebutuhan setiap penghuni rumah. Kondisi ini sebenarnya harus menjadi ‘pekerjaan rumah’ para arsitektur agar lebih detail lagi dalam membuat gambar desain rumah susun sebelum proses pengerjaan dimulai. Dalam hal ini lokasi yang strategis juga wajib diperhatikan supaya penghuni rumah susun dapat dengan mudah mengakses falitias umum atau tempat-tempat layanan masyarakat lainnya.
Konsep desain rumah susun sebenarnya bisa meniru gaya desain apartemen atau kondominium. Bahkan bisa dipastikan membuat desain rumah susun jauh lebih mudah dibanding apartemen sebab tidak membutuhkan detail-detail yang rumit seperti halnya desain apartemen. Konsep yang simpel dan ruangan yang tidak begitu luas biasanya menjadi ciri khas rumah susun yang harganya murah dibanding jenis hunian lainnya. Hal terpenting terkait rumah susun agar berfungsi lebih maksimal adalah lantai paling bawah semestinya tidak digunakan untuk hunian tapi lebih dioptimalkan sebagai fasilitas umum. Yang dimasud fasilitas umum disini, lantai paling bawah digunakan untuk media interaksi antar penghuni rumah susun misalnya tempat pertemuan, tempat posyandu untuk ibu-ibu dan balita, serta fasilitas-fasilitas umum lainnya.
Taman dan Lingkungan sekitar
Desain rumah susun bisa di-upgrade menjadi lebih nyaman lagi jika dilengkapi dengan taman juga fasilitas bermain untuk anak-anak. Untuk merealisasaikan fasilitas tambahan tersebut setidaknya luas area harus tersisa sekitar 25 persen dari luas lahan keseluruhan. Jika memang luas area tidak memungkinkan, fasilitas tersebut bisa dibuat dengan mengambil alih fungsi lantai paling bawah.
Baca juga: Desain Taman Minimalis Di Halaman Depan Rumah
Kebutuhan ruang terbuka pada rumah susun sebenarnya tidak tergantung dari berapa luas bangunannya, namun tergantung dari berapa jumlah penghuninya. Perhitungan paling ideal, tiap satu orang penghuni rumah setidaknya membutuhkan 2,5 meter persegi untuk ruang gerak pribadi. Jadi misalnya satu unit rumah susun dihuni 4 orang, maka minimal ruang yang dibutuhkan adalah 10 meter persegi.
Sebelum proses pembangunan rumah susun dimulai sebaiknya diperhatikan lingkungan disekitar lokasi. Misalnya disurvey terlebih dulu apakah disekitar lokasi sudah terdapat fasilitas keagamaan misalnya masjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya. Jika memang belum ada, sebaiknya fasilitas ibadah tersebut disertakan dalam pembuatan gambar desain rumah susun agar nantinya model rumah susun tidak hanya sempurna dari desain interior dan eksteriornya saja, namun juga sempurna terkait fasilitas yang diberikan.
